MANAJEMEN SEKOLAH
MANAJEMEN
KEUANGAN
1.
Konsep manajemen keuangan
Uang merupakan salah
satu sumber daya pendidikan yang dianggap penting. Uang termasuk sumber daya
yang langka dan terbatas. Oleh karena itu, uang perlu dikelola dengan efektif
dan efisien agar membantu pencapaian tujuan pendidikan. Pendidikan sebagai
investasi akan menghasilkan manusia-manusia cerdas yang berpengetahuan, sikap
dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pembangunan suatu bangsa. Organisasi
pendidikan dikategorikan sebagai organisasi publik yang bersifat nirlaba
(nonprofit), bukan untuk mencari keuntungan seperti halnya perusahaan. Oleh
karena itu, manajemen keuangannya memiliki keunikan sesuai dengan misi dan
karakteristik pendidikan.
Dalam penyelenggaraan
pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan
dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan.
Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi
yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar di
sekolah bersama komponen-komponen lain (Mulyasa, 2011:47).
Manajemen keuangan
adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Sedangkan fungsi keuangan
merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan oleh mereka yang bertanggung
jawab dalam bidang tertentu. Fungsi manajemen keuangan adalah menggunakan dana
dan mendapatkan dana (Suad Husnan, 1992:4). Manajemen keuangan adalah kegiatan
mengelola dana untuk dimanfaatkan sesuai kebutuhan secara efektif dan efisien
(Rugaiyah, 2011:67).
Tujuan Manajemen
Keuangan adalah untuk mewujudkan tertib administrasi dan bisa
dipertanggungjawabkan berdasarkan ketentuan yang sudah digariskan (Sobri
Sutikno, 2012:90). Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan
keefektifan. Oleh karena itu, selain mengupayakan ketersediaan dana yang
memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di
sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap
penggunaan keuangan, baik yang bersumber dari pemerintah, masyarakat dan
sumber-sumber lainnya.
Menurut Jones (1985), tugas
manajemen keuangan dapat dibagi ke dalam tiga fase, yaitu financial planning, implementation
and evaluation. Pertama,yaitu financial planning (perencanaan
financial) yang disebut budgeting
(penganggaran), merupakan kegiatan mengkoordinasi semua sumber daya yang
tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematis tanpa
menyebabkan efek samping yang merugikan. Kedua, implementation involves accounting (pelaksanaan anggaran) ialah
kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan kemungkinan terjadi
penyesuaian jika diperlukan. Ketiga, evaluation
involves merupakan proses evaluasi terhadap pencapaian sasaran.
Permasalahan yang
terjadi dalam lembaga pendidikan terkait dengan manajemen keuangan antara lain
sumber dana yang terbatas, pembiayaan program yang tersendat, tidak mendukung
visi, misi dan kebijakan sebagaimana tertulis dalam rencana strategis lembaga
pendidikan. Di satu sisi lembaga pendidikan perlu dikelola dengan baik (good
governance), sehingga menjadi lembaga pendidikan yang bersih dari berbagai
penyimpangan yang dapat merugikan pendidikan.
2. Implementasi Manajemen keuangan di
Sekolah
Setiap sekolah
seyogyanya memiliki rencana strategis untuk periode waktu tertentu yang
didalamnya mencakup visi, misi dan program, serta sasaran tahunan. Oleh karena
itu pembiayaan pendidikan yang terintegrasi dan komprehensif dengan rencana
strategi di sekolah dan diarahkan untuk ketercapaian tujuan lembaga sudah
didokumentasikan.
Pada dasarnya sumber
pembiayaan untuk sekolah mengenal dua macam pembiayaan, yaitu: pembiayaan rutin
dan pembiayaan pembangunan. Biaya rutin adalah biaya yang harus dikeluarkan
dari tahun ke tahun seperti untuk gaji pegawai dan biaya operasional. Untuk
memperoleh biaya rutin, pimpinan sekolah harus dapat menyusun anggaran sekolah
tiap tahunnya. Pimpinan sekolah juga harus dapat memotivasi komite sekolah,
sekolahnya dan masyarakat setempat dalam rangka pengumpulan dana yang diperoleh
harus dikelola secara efektif untuk menjamin agar peserta didik memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya. Sedangkan biaya pembangunan, misalnya biaya
pembelian atau pengembangan tanah, penambahan pembangunan gedung, furniture,
dan lain-lain.
Komponen utama
manajemen keuangan meliputi, (1) prosedur anggaran; (prosedur akuntansi
keuangan; (3) pembelajaran, pergudangan, dan prosedur pendistribusian; (4)
prosedur investasi; dan (5) prosedur pemeriksaan. Dalam pelaksanaannya,
manajemen keuangan ini menganut asas pemisahan tugas antara fungsi otorisator,
ordonator dan bendaharawan.
Otorisator adalah
pejabat yang diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan
penerimaan dan pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan
pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan
berdasarkan otorisasi yang ditetapkan. Adapun bendaharawan adalah pejabat yang
berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang atau
surat-surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang serta diwajibkan
membuat perhitungan dan pertanggungjawaban (Mulyasa, 2011:49).
Tujuan utama manajemen
keuangan sekolah adalah:
a. Menjamin
agar dana yang tersedia dipergunakan untuk kegiatan harian sekolah dan
menggunakan kelebihan dana untuk diinvestasikan kembali
b. Memelihara
barang-barang (asset) sekolah, dan
c. Menjaga
agar peraturan-peraturan serta praktik penerimaan, pencatatan dan pengeluaran
uang diketahui dan dilaksanakan
Kerangka kerja
manajemen keuangan di sekolah mencakup pengertian sebagai berikut:
a. Pembukuan
yang cermat dan akurat
b. Pertanggung
jawaban yang luwes
c. Pertukaran
pengeluaran
d. Kemudahan
membelanjakan uang bagi kepala sekolah, bila tidak akan menghambat kebebasan
sekolah dalam bertransaksi apa yang dibutuhkannya
e. Kebijakan
keuangan dan
f. Alokasi
dana yang tepat
Kepala
sekolah harus menguasai betul apa yang dimiliki dan dibutuhkan oleh tiap
bagian. Agar dapat mengalokasikan dana dengan tepat, perlu mengikutsertakan
staf dan para pembantu kepala sekolah dalam proses penentuan alokasi dana.
Selain enam pengertian tadi, penerimaan dana sekolah perlu mendapat perhatian
pimpinan sekolah. Hal ini berkaitan dengan buku catatan penerimaan dana
sekolah, kepala sekolah perlu memahami tentang tujuan diadakannya Buku Catatan Penerimaan
Dana Sekolah, informasi yang harus tercantum dalam setiap penerimaan dan
memberdayakan uang tunai.
Selain itu kepala
sekolah perlu memahami praktik-praktik pemanfaatan jasa perbankan dan
jenis-jenis rekeningnya. Dia juga perlu memahami cara untuk pengamanan dana
selama bertransaksi dengan baik, penarikan dana dan cara mencegah pemalsuan.
Kepala sekolah hendaknya benar benar memahami dan dapat menjelaskan fungsi
tujuan manfaat pembukuan kepada staf keuangan.
Hal-hal yang berkaitan
dengan ini antara lain:
1)
Buku pos (vate book)
Buku pos pada hakekatnya memuat informasi
beberapa dana yang masih tersisa untuk tiap pos anggaran. Buku pos mencatat
peristiwa-peristiwa pembelanjaan uang harian. Dari buku pos kepala sekolah
dengan mudah dapa melihat apakah sekolah telah berlebih membelanjakan uang.
Karena itu, dianjurkan agar kepala sekolah menyelenggarakan buku tersebut.
2)
Faktur
Faktur dapat berupa buku atau
lembaran lepas yang dapat diarsipkan. Faktur berisi rincian tentang: (a) maksud
pembelian; (b) tanggal pembelian; (c) jenis pembelian; (d) rincian barang yang
dibeli, (e) jumlah pembayaran, dan (f) tanda tangan pemberi kuasa (kepala
sekolah).
Hal-hal
penting yang perlu diperhatikan antara lain:
a)
Harus ada nomor untuk diagendakan
b)
Kuitansi pembelian harus dilampirkan
c)
Faktur untuk mempertanggungjawabkan
penggunaan uang umum.
3)
Buku kas
Mencatat rincian tentang penerimaan
dan pengeluaran uang serta sisa saldo secara harian dan pada hari yang sama,
misalnya pembelian kapur tulis. Dengan demikian kepala sekolah akan segera tahu
tentang keluar masuknya uang pada hari yang sama. Termasuk yang arus dicatat
pada buku kas adalah Cheque yang diterima dan dikeluarkan pada hari itu.
4)
Lembar cek
Merupakan alat bukti bahwa
pembayaran yang dikeluarkan adalah sah. Lembar cek dikeluarkan bila menyangkut
tagihan atas pelaksanaan suautu transaksi, misalnya barang yang dipesan sudah
dikirimkan dan catatan transaksinya benar. Orang berhak menandatangani lembar
cek adalah kepala sekolah atau petugas keuangan.
5)
Jurnal
Sebagai pengawas keuangan kepala
sekolah harus membuka buku jurnal dimana seluruh transaksi keuangan semuanya
dicatat.
6)
Buku besar
Ada data keuangan berarti informasi
dan jurnal hendaknya dipindahkan ke buku
besar atau buku kas induk pada setiap akhir bulan. Buku besar mencatat kapan
terjadinya transaksi keuangan, keluar masuknya uang pada saat itu dab neraca
saldonya.
7)
Buku kas pembayaran uang sekolah
Berisi catatan tentang pembayaran
uang sekolah siswa menurut tanggal pembayaran, jumlah dan sisa tunggakan atau
kelebihan pembayaran sebelumnya. Pencatatan untuk tiap pembayaran harus segera
dilakukan untuk menghindari timbulnya masalah karena kuitansi hilang, lupa
menyimpan atau karena pekerjaan yang menjadi bertumpuk.
8)
Buku kas piutang
Berisi daftar/catatan orang yang
berutang kepada sekolah menurut jumlah uang yang berutang, tanggal pelunasan,
dan sisa utang yang belum dilunasi. Informasi daam buku ini harus selalu dalam
keadaan mutakhir untuk melihat jumlah uang milik sekolah yang belum kembali.
9) Neraca percobaan
Tujuannya adalah untuk mengetahui
secara tepat keadaan neraca pertanggung jawaban keuangan secara cepat, misalnya
mingguan atau dua mingguan. Hal ini memungkinkan kepala sekolah sewaktu-waktu
(selama tahun anggaran) menentukan hal yang harus didahulukan dan menangguhkan
pengeluaran yang terlalu cepat dari pos tertentu.
MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA
1.
Konsep
Manajemen Sarana dan Prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan salah satu komponen
penting yang harus terpenuhi dalam menunjang sistem pendidikan. Menurut
Ketentuan Umum Permendiknas no. 24 tahun 2007, sarana adalah perlengkapan
pembelajaran yang dapat dipindah-pindah, sedangkan prasarana adalah fasilitas
dasar untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah. Sarana pendidikan antara lain
gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat media pembelajaran. Sedangkan
yang termasuk prasarana antara lain seperti halaman, taman, lapangan, jalan
menuju sekolah dan lain-lain. Tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk
proses belajar mengajar, maka komponen tersebur merupakan sarana pendidikan.
Menurut Rugaiyah
(2011:63), Manajemen sarana dan prasarana adalah kegiatan pengelolaan sarana
dan prasarana yang dilakukan oleh sekolah dalam upaya menunjang seluruh
kegiatan baik kegiatan pembelajaran maupun kegiatan lain sehingga seluruh
kegiatan berjalan dengan lancar. Menurut Asmani (2012:15), manajemen sarana dan
prasarana adalah manajemen sarana sekolah dan sarana bagi pembelajaran, yang
meliputi ketersediaan dan pemanfaatan sumber belajar bagi guru, siswa serta
penataan ruangan-ruangan yang dimiliki.
Manajemen sarana dan
prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana
pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada
jalannya proses pendidikan. kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan
perencanaan, pengadaan, pengawasan, inventarisasi dan penghapusan serta
penataan ( Mulyasa, 2011:50).
Manajemen sarana dan
prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, dan
indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun
murid untuk berada di sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya
alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif
dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar
maupun peserta didik sebagai pelajar. Oleh karena itu, perlu diperhatikan
persyaratan pengadaan sarana dan prasarana dengan membuat daftar prioritas
keperluan pada setiap sekolah oleh tim dan tenaga kependidikan yang profesional
pada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan melakukan “need assesment” sekolah.
Manajemen sarana
prasarana dan manajemen keuangan, harus dilakukan sesuai dengan fungsi-fungsi
manajemen. Menurut Indriyanto (dalam Sagala, 2010:220), dua fenomena yang dapat
diamati berkenaan dengan ketersediaan sarana dan prasarana adalah: (1) Fenomena
keterbatasan, yaitu keterbatasan sarana dan prasarana merupakan salah satu
faktor yang menonjol dalam pelaksanaan kebijakan dan program sekolah yang
berada di kota apalagi yang di desa; (2) Pemanfaatan, yaitu di lain pihak
unit-unit kerja dan sekolah yang telah memiliki sarana dan prasarana yang
memadai, ternyata kurang memanfaatkannya, sehingga ketersediaan sarana dan
prasarana tidak dilihat dari fungsinya.
Menurut Everard, Moris
dan Ian Wilson (2004: 209), sekolah dapat dengan mudah menjadi tempat untuk
pembuangan barang-barang yang tidak dibutuhkan oleh sekolah itu sendiri, karena
tidak adanya “need assesment”
sekolah. Oleh karena itu, terdapat prinsip-prinsip dalam proses mendapatkan
nilai terbaik dari pengadaan sarana dan prasarana di sekolah. Ke empat prinsip
“best value” tersebut menurut ofsted yang
pertama adalah challenge (tantangan),
kita harus menimbang apakah tujuan dari pengadaan sarana prasarana yang akan
dibeli. Kedua, compare (membandingkan),
misalnya membandingkan harga. Ketiga consult
(konsultasi), misalnya siapa yang akan dipengaruhi dengan keputusan untuk
membeli komputer baru. Keempat, complete (bersaing)
yaitu, untuk mendapatkan pelayanan yang sebaik mungkin dengan harga yang sangat
terjangkau, misalnya dengan proses tender dalam pengadaan sarana dan prasarana
di sekolah.
Permasalahan yang
terjadi dalam lembaga pendidikan terkait dengan manajemen keuangan antara lain
sumber dana yang terbatas, pembiayaan program yang tersendat, tidak mendukung
visi, misi dan kebijakan sebagaimana tertulis dalam rencana strategis lembaga
pendidikan. Di satu sisi lembaga pendidikan perlu dikelola dengan baik (good
governance), sehingga menjadi lembaga pendidikan yang bersih dari berbagai
penyimpangan yang dapat merugikan pendidikan.
2.
Fungsi
Manajemen Sarana dan Prasarana
a.
Perencanaan/Analisis
Kebutuhan
Perencanaan merupakan kegiatan
analisis kebutuhan terhadap segala kebutuhan dan perlengkapan yang dibutuhkan sekolah untuk
kegiatan pembelajaran peserta dan didik dan kegiatan penunjang lainnya.
Kegiatan ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan sekolah
berlangsung. Kegiatan ini biasa dilakukan pada awal tahun pelajaran dan
disempurnakan tiap triwulan atau tiap semester. Perencanaan dapat dilakukan
oleh kepala sekolah, guru kelas dan guru-guru bidang studi dan dibantu oleh
staf sarana dan prasana.
1)
Prosedur Perencanaan
a)
Mengadakan analisa materi dan alat/media
yang dibutuhkan
b)
Seleksi terhadap alat yang masih dapat
dimanfaatkan
c)
Mencari dan atau menetapkan dana
d) Menunjuk
seseorang yang akan diserahkan untuk mengadakan alat dengan pertimbangan
keahlian dan kejujuran.
2)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
perencanaan sarana dan prasarana pendidikan
a)
Perencanaan pengadaan barang harus
dipandang sebagai bagian integral dari usaha kualitas proses belajar mengajar
b)
Perencanaan harus jelas, kejelasan suatu
rencana dapat dilihat pada:
c)
Tujuan dan sasaran atau target yang
harus dicapai, penyusunan perkiraan biaya/harga keperluan pengadaan
d) Jenis
dan bentuk tindakan/kegiatan yang akan dilaksanakan
e)
Petugas pelaksanaan
f)
Bahan dan peralatan yang dibutuhkan
g)
Kapan dan dimana kegiatan akan
dilaksanakan
h)
Bahwa suatu perencanaan harus realistis,
yaitu dapat dilaksanakan dengan jelas, terprogram, sistematis, sederhana,
luwes, fleksibel, dan dapat dilaksanakan
i)
Rencana harus sistematis dan terpadu
j)
Rencana harus menunjukkan unsur-unsur
insani ataupun noninsani yang baik
k)
Memiliki struktur berdasarkan analisis
l)
Berdasarkan atas kesepakatan dan
keputusan bersama pihak perencana
m) Fleksibel
dan dapat menyesuaikan dengan keadaan, perubahan situasi dan kondisi yang tidak
disangka-sangka
n)
Dapat dilaksanakan dan berkelanjutan
o)
Menunjukkan skala prioritas
p)
Disesuaikan dengan flapon anggaran
q)
Mengacu dan berpedoman pada kebutuhan
dan tujuan yang logis
r)
Dapat didasarkan pada jangka pendek (1
tahun), jangka menengah (4-5 tahun), dan jangka panjang (10-15 tahun)
b.
Pengadaan
Pengadaan adalah proses kegiatan
mengadakan sarana dan prasarana yang dapat dilakukan dengan cara-cara membeli,
menyumbang, hibah dan lain-lain. Pengadaan sarana dan prasarana dapat bebrbentuk pengadaan buku, alat, perabot dan
bangunan. Contohnya dapat dilihat pada bagan berikut:
Bagan Pengadaan perlengkapan
B
U
K
U
|
ALAT
|
PERABOT
|
BUKU PELAJARAN, BUKU
BACAAN Dll
|
PENGADAAN DAPAT
DILAKUKAN DENGAN:
o
MEMBANGUN
BANGUNAN BARU
o
MEMBELI
BANGUNAN
o
MENYEWA
BANGUNAN
o
MENERIMA
HIBAH BANGUNAN
o
MENUKAR BANGUNAN
|
BANGUNAN
|
BARANG YANG BERFUNGSI
SEBAGAI TEMPAT DUDUK, MENULIS, ISTIRAHAT MENYIMPAN ALAT ATAU BAHAN
|
PENGADAAN DAPAT
DILAKUKAN DENGAN:
o
MEMBELI
o
MENERBITKAN
SENDIRI
o
MENERIMA
BANTUAN/HADIAH
o
MENUKAR
|
ALAT KANTOR DAN ALAT
PENDIDIKAN
|
PENGADAAN DAPAT
DILAKUKAN DENGAN:
o
MEMBELI
o
MEMBUAT
SENDIRI
o
MENERIMA BANTUAN/HADIAH/
HIBAH
|
PENGADAAN DAPAT
DILAKUKAN DENGAN:
o
MEMBELI
o
MEMBUAT
SENDIRI
o
MENERIMA
BANTUAN/HADIAH/
HIBAH
|
c.
Penginvetarisasian
Penginvetarisasian
adalah kegiatan melaksanakan penggunaan, penyelenggaraan, pengaturan dan pencatatan
barang-barang, menyusun daftar barang yang menjadi milik sekolah ke dalam satu
daftar inventaris barang secara teratur. Tujuannya adalah untuk menjaga dan
menciptakan tertib administrasi barang milik negara yang dipunyai suatu
organisasi. Yang dimaksud dengan inventaris adalah suatu dokumen berisi jenis
dan julah barang yang ebrgerak maupun yang tidak bergerak yang menjadi milik
negara dibawah tanggung jawab sekolah.
d.
Penggunaan
atau Pemanfaatan Sarana dan Prasarana
Penggunaan
sarana dan prasarana adalah pemanfaatan segala jenis barang yang sesuai dengan
kebutuhan secara efektif dan efisien. Dalam hal pemanfaatan sarana, harus
mempertimbangkan beberapa hal, antara lain tujuan yang akan dicapai, kesesuaian
antar media yang akan digunakan dengan materi yang akan dibahas, tersedianya
sarana dan prasarana penunjang dan karakteristik siswa
e.
Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kegiatan
merawat, memelihara dan menyimpan barang-barang sesuai dengan bentuk-bentuk
jenis barangnya sehingga barang tersebut awet dan tahan lama. Pihak yang
terlibat dalam pemeliharaan barang adalah semua warga sekolah yang terlibat
dalam pemanfaatan barang tersebut. Dalam pemeliharaan, ada hal-hal khusus yang
harus dilakukan oleh petugas khusus pula, seperti perawatan alat kesenian (piano,
gitar, dan lain-lain).
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan telah memberi Panduan Manajemen Sekolah perawatan preventif di
sekolah dengan cara membuat tim pelaksana, membuat daftar sarana dan prasarana,
menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai
hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi
mereka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka
memningkatkan kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah.
Cara-cara untuk melaksanakan
program perawatan preventif di sekolah antara lain memberi arahan kepada tim
pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi sarana dan prasarana,
menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif kepada seluruh
warga sekolah terutama guru dan peserta didik, dan membuat program lomba
perawatan terhadap sarana dan prasarana untuk memotivasi warga sekolah.
f.
Penghapusan
Penghapusan barang inventaris
adalah pelepasan suatu barang dari kepemilikan dan tanggung jawab pengurusnya
oleh pemerintah ataupun swasta. Penghapusan barang dapat dilakukan dengan
lelang dan pemusnahan.
Adapun syarat-syarat penghapusan
antara lain:
1) Barang-barang
dala keadaan rusak berat
2) Perbaikan
suatu barang memerlukan biaya besar
3) Secara
teknis dan ekonomis kegunaannya tidak sesuai lagi dengan biaya pemeliharaan
g.
Pertanggungjawaban
Penggunaan barang-barang sekolah
harus dipertanggungjawabkan dengan cara membuat laporan penggunaan
barang-barang tersebut yang diajukan pada pimpinan.
MANAJEMEN LAYANAN KHUSUS SEKOLAH
1.
Pengertian Manajemen Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus di suatu sekolah merupakan bagian
penting dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang efektif dan efisien.
Sekolah merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas dari penduduk bangsa Indonesia. Sekolah tidak hanya memiliki tanggung
jawab dan tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran dalam mengembangkan ilmu
penegetahuan dan teknologi saja, melainkan harus menjaga dan meningkatkan
kesehatan baik jasmani maupun rohani peserta didik. Hal ini sesuai dengan UUSPN
bab 11 Pasal 4 yang memuat tentang adanya tujuan pendidikan nasional.
Untuk memenuhi tugas dan tanggung jawab tersebut maka
sekolah memerlukan suatu manajemen layanan khusus yang dapat mengatur segala kebutuhan
peserta didiknya sehingga tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai. Manajemen
layanan khusus di sekolah pada dasarnya ditetapkan dan di organisasikan untuk
mempermudah atau memperlancar pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan
khusus siswa di sekolah.
Pelayanan khusus diselenggarakan di sekolah dengan maksud
untuk memperlancar pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapain tujuan
pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah antara lain juga berusaha agar
peserta didik senantiasa berada dalam keadaan baik. Baik disini menyangkut
aspek jasmani maupun rohaninya.
Menurut
Kusmintardjo (1992:1) sekolah tidak akan berfungsi jika tidak ada sesuatu yang
membuatnya berfungsi. Dalam sebuah pendidikan harus mempunyai unsur-unsur yang
meliputi administrasi sekolah. Unsur-unsur dalam administrasi sekolah tersebut
masing-masing mempunyai fungsi, hubungan, dan ketergantungan dengan
komponen-komponen lainnya. Unsur-unsur tersebut meliputi: (a) administrasi
murid, (b) administrasi kurikulum, (c) administrasi personil, (d) administrasi
materiil, (e) administrasi keuangan, (f) administrasi hubungan sekolah dan
masyarakat dan (g) administrasi pelayanan khusus.
Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen layanan khusus adalah suatu
proses kegiatan memberikan pelayanan kebutuhan kepada peserta didik untuk
menunjang kegiatan pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai secara
efektif dan efisien.
2.
Jenis-Jenis
Layanan Khusus
Pelayanan khusus yang diberikan sekolah kepada peserta
didik, antar sekolah satu dengan sekolah lainnya pada umumnya sama, tetapi
proses pengelolan dan pemanfaatannya yang berbeda. Beberapa bentuk manajemen
layanan khusus yang ada di sekolah antara lain:
Beberapa
bentuk manajemen layanan khusus yang ada di suatu sekolah antara lain:
a.
Layanan
perpustakaan peserta didik
Perpustakaan merupakan salah satu unit yang memberikan
layanan kepada peserta didik, dengan maksud membantu dan menunjang proses
pembelajaran di sekolah, melayani informasi-informasi yang dibutuhkan serta
memberi layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka.
Menurut Supriyadi (1983) dalam buku Manajemen Peserta Didik
oleh Ali Imron mendefinisikan perpustakaan sekolah sebagai perpustakaan yang
diselenggarakan di sekolah guna menunjang program belajar mengajar di lembaga pendidikan
formal seperti sekolah, baik sekolah tingkat dasar maupun menengah, baik
sekolah umum maupun kejuruan. Selain itu, perpustakaan sekolah adalah salah
satu unit sekolah yang memberikan layanan kepada peserta didik di sekolah
sebagai sentra utama, dengan maksud membantu dan menunjang proses belajar
mengajar di sekolah, melayani informasi-informasi yang dibutuhkan serta
memberikan layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka (Imron, 1995:187).
Dari definisi-definisi tersebut tampaklah jelas bahwa perpustakaan sekolah
merupakan suatu unit pelayanan sekolah guna menunjang proses belajar
mengajar di sekolah.
b.
Layanan
kesehatan peserta didik
Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk sebuah wadah
bernama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Usaha kesehatan sekolah adalah usaha
kesehatan masyarakat yang dijalankan sekolah.
Menurut Jesse Ferring William pada buku Pengelolaan Layanan
Khusus Di sekolah oleh Kusmintardjo (1992) mendefinisikan layanan kesehatan
adalah sebuah klinik yang didirikan sebagai bagian dari Universitas atau
sekolah yang berdiri sendiri yang menentukan diagnosa dan pengobatan
fisik dan penyakit jiwa dan dibiayai dari biaya khusus dari semua siswa.
Selain itu layanan kesehatan juga dapat diartikan sebagai usaha sekolah dalam
rangka membantu (mungkin bersifat sementara ) murid-muridnya yang mengalami
persoalan yang berkaitan dengan kesehatan.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa layanan kesehatan
peserta didik adalah suatu layanan kesehatan masyarakat yang dijalankan di
sekolah dan menjadikan peserta didik sebagai sasaran utama, dan personalia
sekolah yang lainnya sebagai sasaran tambahan (Imron, 1995:154)
c.
Layanan
asrama peserta didik
Bagi para peserta didik khususnya jenjang pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi, terutama bagi mereka yang jauh dari orang
tuanya diperlukan diperlukan asrama. Selain manfaat untuk peserta didik, asrama
mempunyai manfaat bagi para pendidik dan petugas asrama tersebut.
d.
Layanan
bimbingan dan konseling
Layanan bimbingan dan konseling adalah proses bantuan yang
diberikan kepada siswa dengan memperhatikan kemungkinan dan kenyataan tentang
adanya kesulitan yang dihadapi dalam rangka perkembangan yang optimal, sehingga
mereka memahami dan mengarahkan diri serta bertindak dan bersikap sesuai dengan
tuntutan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan dan
konseling adalah salah satu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada
individu pada umumnya dan siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka
meningkatkan mutunya.
e.
Layanan
kafetaria peserta didik
Kantin/ warung sekolah diperlukan adanya di tiap sekolah
supaya makanan yang dibeli peserta didik terjamin kebersihannya dan cukup
mengandung gizi. Para guru diharapkan sekali-kali mengontrol kantin sekolah dan
berkonsultasi dengan pengelola kantin mengenai makanan yang bersih dan bergizi.
Peran lain kantin sekolah yaitu supaya para peserta didik tidak berkeliaran
mencari makanan keluar lingkungan sekolah.
Layanan kafentaria adalah layanan makanan dan minuman yang
dibutuhkan oleh peserta didik disela-sela mengikuti kegiatan belajar mengajar
di sekolah sesuai dengan daya jangkau peserta didik. Makanan dan minuman yang
tersedia di kafentaria tersebut, terjangkau dilihat dari jumlah uang saku
peserta didik, tetapi juga memenuhi syarat kebersihan dan cukup kandungan
gizinya.
f.
Layanan
laboratorium peserta didik
Laboratorium diperlukan peserta didik apabila mereka akan mengadakan
penelitiam yang berkaitan dengan percobaan-percobaan tentang suatu obyek
tertentu.
Laboratorium
adalah suatu tempat baik tertutup maupun terbuka yang dipergunakan untuk
melakukan penyelidikan, pecobaan, pemraktekan, pengujian, dan pengembangan. Laboratorium
sekolah adalah sarana penunjang proses belajar mengajar baik tertutup maupun
terbuka yang dipergunakan untuk melaksanakan praktikum, penyelidikan,
percobaan, pengembangan dan bahkan pembakuan.
g.
Layanan
koperasi peserta didik
Layanan koperasi mendidik para peserta didik untuk dapat
berwirausaha. Hal ini sangat membantu peserta didik di kehidupan yang akan
datang.
Koperasi
sekolah adalah koperasi yang dikembangkan di sekolah, baik sekolah dasar,
sekolah menengah, maupun sekolah dan dalam pengelolannya melibatkan guru dan
personalia sekolah. Sedangkan koperasi peserta didik atau biasa disebut disebut
koperasi siswa (Kopsis) adalah koperasi yang ada di sekolah tetapi
pengelolaanya adalah oleh pesera didik, kedudukan guru di dalam Kopsis adalah
sebagai pembimbing saja.
h.
Layanan
keamanan
Layanan keamanan yaitu layanan yang dapat memberikan rasa
aman pada siswa selama siswa belajar di sekolah misalnya adanya penjagaan oleh
satpam sekolah. Dengan adanya petugas keamanan sekolah, dapat membantu suasana
aman dan tertib di sekolah, sehingga dapat membantu proses kelancaran
pembelajaran dan segala aktivitas sekolah.
3.
Keterkaitan
antara Manajemen Layanan Khusus dengan Manajemen Sarana dan Prasarana
Menurut Bafadal (2003:2), sarana pendidikan adalah semua
perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam
proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua
perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan
proses pendidikan di sekolah. Dalam hubungannya dengan sarana pendidikan, ada
sejumlah pakar pendidikan yang mengklasifikasikan menjadi beberapa macam sarana
pendidikan yang ditinjau dari berbagai macam sudut pandang.
Pertama, ditinjau dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam
sarana pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang habis pakai dan sarana
pendidikan yang tahan lama. Kedua, ditinjau dari bergerak tidaknya, ada dua
macam sarana pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang bergerak dan sarana
pendidikan yang tidak bisa bergerak. Ketiga, ditinjau dari hubungannya dengan
proses belajar mengajar ada dua jenis sarana pendidikan di sekolah, yaitu
sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar,
dan sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan
proses belajar mengajar.
Sedangkan prasarana pendidikan di sekolah bisa
diklasifikasikan menjadi dua macam. Pertama, prasarana pendidikan yang secara
langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang
perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang laboratorium. Kedua,
prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar
mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar
mangajar. Beberapa contoh tentang prasarana sekolah jenis terakhir tersebut di
antaranya adalah ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah,
kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah,
dan tempat parkir kendaraan.
Berdasarkan uraian tentang sarana dan prasarana di atas,
serta penjelasan mengenai layanan khusus di sekolah pada pembahasan sebelumnya,
dapat diketahui kaitan antara pentingnya sarana dan prasarana dengan layanan
khusus di sekolah. Suatu layanan khusus tanpa didukung oleh sarana dan
prasarana maka pelayanan yang diberikan tidak akan maksimal karena tidak ada
fasilitas yang mendukung. Sebagian besar layanan khusus memerlukan tempat dan
peralatan dalam memberikan pelayanannya kepada peserta didik. Sebagai contoh
pelayanan perpustakaan. Pelayanan perpustakaan ini memerlukan tempat yang
berupa ruang perpustakaan serta memerlukan perabot dan peralatan seperti rak,
buku, alamari dan lain-lain untuk melakukan kegiatan pelayanan kepada peserta
didik. Begitu juga dengan layanan-layanan yang lainnya.
MANAJEMEN HUBUNGAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT
1.
Pengertian Manajemen Hubungan
Sekolah dan Masyarakat
Hubungan sekolah dan masyarakat adalah suatu proses
komunikasi antara sekolah dan masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengertian
anggota masyarakat tentang kebutuhan pendidikan serta mendorong minat dan
kerjasama para anggota masyarakat dalam rangka memperbaiki sekolah (Purwanto,
1995). Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakekatnya merupakan suatu
sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi
peserta didik di sekolah (Mulyasa, 2011:50).
Ditinjau dari kepentingan sekolah, pengembangan
penyelenggaraan hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk; (1)
memelihara kelangsungan hidup sekolahan, (2) meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah yang bersangkutan, (3) memperlancar proses belajar mengajar, (4)
memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan dalam
pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.
Sedangkan jika diitinjau dari kebutuhan masyarakat itu
sendiri, tujuan hubungannya dengan sekolah adalah untuk; (1) memajukan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama dalam bidang mental spiritual,
(2) memperoleh bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi
oleh masyarakat, (3) menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan
masyarakat, dan (4) memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang
makin meningkat kemampuannya.
2.
Manfaat Hubungan Masyarakat Dalam
Lembaga Pendidikan
Dengan adanya program hubungan
masyarakat dalam sebuah lembaga pendidikan maka akan memberikan manfaat yang
banyak sekali antara lain:
a.
Terjadi
saling pengertian antara sekolah dan masyarakat, sehingga masyarakat dapat
membantu kebutuhan-kebutuhan sekolah.
b.
Lewat
kegiatan humas para siswa dapat mengetahui kondisi masyarakat sekitarnya.
c.
Dengan
adanya kegiatan sekolah dapat melakukan promosi program dan menarik minat
masyarakat untuk menyekolahkan putra putrinya di sekolah.
Hubungan antara sekolah dengan orang tua murid dapat
dilakukan melalui beberapa hal, antara lain; (1) mengadakan pertemuan antara
pihak sekolah dengan wali murid, (2) pihak sekolah mengunjungi orangtua, (3)
pihak sekolah mengirim surat kepada orangtua, (4) melibatkan orangtua dalam
merencanakan kurikulum, kegiatan ekstrakurikuler, dan lain-lain.
Hubungan guru dengan masyarakat; (1) guru dapat menjadi
sponsor pada kegiatan yang menguntungkan seperti kegiatan pengumpulan dana bagi
masyarakat yang tertimpa musibah, (2) ikut berpartisipasi bersama masyarakat
untuk mengikuti kerja bhakti atau membuat perpustakaan keliling., (3)
mengembangkan sebuah kegiatan di lingkungan sekolah seperti presentasi musik,
drama, partisipasi dalam perlombaan olahraga, program bekerja sambil belajar
dan lain-lain.
3.
Teknik-teknik Hubungan Masyarakat
dalam Lembaga Pendidikan
Tanpa bantuan dari masyarakat, sebuah lembaga pendidikan
tidak dapat berfungsi dengan baik dan tanpa adanya program yang baik maka
sebuah lembaga pendidikan akan gagal mencapai tujuannya. Karena itu, lembaga
pendidikan perlu memberikan informasi pada masyarakat tentang lembaga tersebut
dengan cara yang baik. Dengan demikian diharapkan masyarakat dapar memperoleh
gambaran yang tepat tentang sekolah. Program tentang hubungan antara lembaga
pendidikan dengan masyarakat hendaknya disusun sesuai dengan prinsip-prinsip
pelaksanaan secara terus menerus yang mencakup aspek kegiatan di dalam lembaga
pendidikan secara keseluruhan.
Ada beberapa teknik dalam hubungan dengan masyarakat dalam
lembaga pendidikan antara lain:
a.
Laporan pada orangtua
Teknik
ini maksudnya adalah pihak sekolah memberikan laporan pada orangtua murid
tentang kemajuan-kemajuan, prestasi dan kelemahan anak didik pada orangtuanya.
Dengan teknik ini, orangtua akan memperoleh penilaian terhadap hasil pekerjaan
anaknya, juga terhadap pekerjaan guru-guru di sekolah.
b.
Majalah dan surat kabar sekolah
Majalah
sekolah ini diusahakan oleh orangtua dan guru-guru di sekolah yang diterbitkan
setiap bulan sekali. Majalah dan surat kabar sekolah ini dipimpin oleh orangtua
dan guru-guru bahkan alumni termasuk pula dalam dewan redaksi. Isi majalah
menjelaskan tentang kegiata-kegiatan sekolah, karangan guru-guru, orangtua dan
peserta didik, pengumuman-pengumuman dan sebagainya.
c.
Pameran sekolah
Suatu
teknik yang efektif untuk member informasi tentang hasil kegiatan dan keadaan
sekolah pada masyarakat ialah penyelenggaraan pameran sekolah dengan membuat
atau menagtur hasil pekerjaan peserta didik diluar sekolah atau di sekolah.
Pameran sekolah akan menjadi lebih efektif lagi jika kegiatan-kegiatan itu
disiarkan melalui siaran-siaran pers dan radio di tempai itu sehingga dapat
menarik banyak orang dalam masyarakat.
d.
Open House
Open
house adalah teknik untuk mempersilahkan masyarakat yang berminat untuk
meninjau sekolah serta mengobservasi kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil
pekerjaan peserta didik di sekolah yang diadakan pada waktu-waktu tertentu,
misalnya di akhir tahun ajaran.
e.
Kunjungan orangtua peserta didik ke
sekolah
Orangtua
diberi kesempatan untuk melihat anak-anak mereka belajar di dalam kelas, juga
untuk melihat kegiatan-kegiatan di laboratorium, perlengkapan-perlengkapan,
gambar-gambar dan sebagainya, sehingga mereka memperoleh gambaran yang jelas
tentang kehidupan di sekolah. Setelah itu orangtua diajak berdiskusi dan
mengadakan penilaian.
f.
Kunjungan ke rumah peserta didik
kunjungan
ke rumah orangtua peserta didik merupakan tenik yang sangat efektif dalam
mengadak hubungan dengan orangtua di rumah agar dapat mengetahui latar belakang
hidup anak-anak. Banyak masalah yang dapat dipecahkan dengan teknik ini, antara
lain masalah kesehatan peserta didik, ketidakhadiran, pekerjaan ruah, masalah
kurangnya pengertian orangtua tentang sekolah dan sebagainya.
g.
Laporan Tahunan
Laporan
tahunan dibuat oleh kepala sekolah dan diberikan kepada aparat pendidikan lebih
atas. Laporan ini berisi masalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sekolah
termasuk kurikulum, personalia, anggaran, biaya dan sebagainya. Selanjutnya
aparat tersebut memberikan laporan pada masyarakat.
h.
Organisasi perkumpulan alumni
Organisasi
perkumpulan alumni adalah suatu alat yang sangat baik untuk dimanfaatkan dalam
memelihara serta meningkatkan hubungan antara sekolah dengan masyarakat.
Peserta didik yang telah tamat sekolah biasanya mempunyai kenangan dan mereka
merasa berkewajiban moral untuk membantu sekolahnya baik berupa materil maupun
moril.
i.
Kegiatan ekstrakurikuler
Apabila
ada kegiatan ekstrakurikuler yang sudah dianggap matang untuk dipertunjukkan
kepada orangtua peserta didik dan masyarakat, seperti sepakbola, drama, pramuka,
pecinta alam dan sebagainya, maka sangat tepat sekali kegiatan itu ditampilkan
ke dalam masyarakat. Karena itu, program ekstrakurikuler hendaknya direncanakan
dan diatur agar dapat dimanfaatkan dalam kegiatan hubungan sekolah dengan
masyarakat.
Secara rinci, Leslie W. Kindred
menjelaskan bahwa pada dasarnya teknik hubungan masyarakat dalam lembaga
pendidikan itu ada tiga, yaitu:
1. Membuat presentasi lisan
Kesuksesan administrator sekolah
tidak diukur dari kepintaran mereka mengatur keuangan atau karena mereka
memiliki kemampuan mengelola kurikulum yang baik, namun masyarakat menial bahwa
kesuksesan administrator sekolah adalah seberapa baik mereka menyampaikan
ide-ide atau gagasan-gagasan mereka pada masyarakat baik dalam skala kecil
maupun besar, sebab kebanyakan waktu mereka adalah untuk bertemu dengan
orang-orang, sehingga diperlukan kemampuan dan keahlian tersendiri.
2.
menggunakan
alat komunikasi radio
radio adalah alat komunikasi yang sangat efktif untuk
menyampaikan pesan atau informasi tentang sekolah pada masyarakat karena radio
merupakan alat komunikasi yang mudah di dapat dan bergerak serta bisa dibawa
kemana-mana. Masyarakat khususnya orangtua peserta didik yang tidak mendapatkan
informasi melalui surat kabar atau karena tidak hadir dalam pertemuan, mereka
bisa menerima informasi melalui radio.
Menurut Leslie W. Kindred ada beberapa keutamaan radio bagi
sekolah, diantaranya dapat memberikan informasi dengan cepat, praktis bisa di
bawa kemana-mana, ringkas dan terjangkau. Teknik-teknik hubungan masyarakat
dalam lembaga pendidikan yang diungkapkan oleh pakar diatas sangatlah ideal,
apabila teknik-teknik tersebut diatas diterapkan sebuah lembaga pendidikan maka
lembaga tersebut akan maju pesat, namun bila melihat kondisi lembaga pendidikan
secara umum belum dapat melakukan semua teknik-teknik hubungan masyarakat
seperti yang disebutkan diatas karena terkendala oleh dana dan sumberdaya
manusia yang akan menjalankan teknik-teknik tersebut.
Daftar Pustaka
Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. Manajemen
Pengelolaan dan Kepemimpinan
Pendidikan Profesional. Yogyakarta: Diva Press.
Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen
Perlengkapan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Everard,K.B,
geoffrey Morris and Ian Wilson.(2004). Effectie
School Management. London: Paul Chapman Publishing
Imron, Ali. 1995. Manajemen
Peserta Didik Di Sekolah. Malang: IKIP Malang.
Kusmintardjo. 1992. Pengelolaan
Layanan Khusus di Sekolah (Jilid I). Malang: IKIP Malang.
Mulyasa, E.
2011. Manajemen Berbasis Sekolah.
Bandung: Rosdakarya
Ofsted. 1995. Office for Standards in Education.
London
Pidarta, Made. 1988. Manajemen
Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT. Bina Aksara
Purwanto,
Ngalim. 2009. Administrasi dan Supervisi
Pendidikan. Bandung: Rosdakarya
Tim Dosen Universitas
Pendidikan Indonesia. 2010. Manajemen
Pendidikan. Bandung: Alfabeta