Manajemen Keuangan
Uang
merupakan salah satu sumber daya pendidikan yang dianggap penting. Uang ibarat
darah dalam tubuh manusia yang mati hidupnya ditentukan oleh sirkulasi darah
dalam tubuh. Begitu pula dengan pendidikan, yang tidak akan berjalan tanpa
adanya biaya atau uang.
Uang
termasuk sumber daya yang langka dan terbatas. Oleh karena itu, uang perlu
dikelola dengan efektif dan efisien agar membantu pencapaian tujuan pendidikan.
Pendidikan sebagai investasi akan menghasilkan manusia-manusia cerdas yang
berpengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pembangunan suatu
bangsa.
Pendidikan
dipandang sebagai sektor publik yang dapat melayani masyarakat dengan berbagai
pengajaran, bimbingan dan latihan yang dibutuhkan oleh peserta didik. Manajemen
keuangan dalam pendidikan berbeda dengan manajemen keuangan perusahaan yang berorientasi
pada profit atau laba. Organisasi pendidikan dikategorikan sebagai organisasi
publik yang nirlaba (nonprofit). Oleh karena itu, manajemen keuangannya
memiliki keunikan sesuai dengan misi dan karakteristik pendidikan.
Permasalahan
yang terjadi dalam lembaga pendidikan terkait dengan manajemen keuangan antara
lain sumber dana yang terbatas, pembiayaan program yang tersendat, tidak
mendukung visi, misi dan kebijakan sebagaimana tertulis dalam rencana strategis
lembaga pendidikan. Di satu sisi lembaga pendidikan perlu dikelola dengan baik
(good governance), sehingga menjadi lembaga pendidikan yang bersih dari
berbagai penyimpangan yang dapat merugikan pendidikan.
1.
Konsep manajemen keuangan
Manajemen
keuangan adalah kegiatan mengelola dana untuk dimanfaatkan sesuai kebutuhan
secara efektif dan efisien (rugaiyah, 2011:67). Fungsi manajemen keuangan
adalah menggunakan dana dan mendapatkan dana.
Tujuan
Manajemen Keuangan adalah untuk mewujudkan tertib administrasi dan bisa
dipertanggungjawabkan berdasarkan ketentuan yang sudah digariskan (Sobri
Sutikno, 2012:90). Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan
keefektifan. Oleh karena itu, selain mengupayakan ketersediaan dana yang
memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di
sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap
penggunaan keuangan, baik yang bersumber dari pemerintah, masyarakat dan
sumber-sumber lainnya.
Manajemen
keuangan memiliki tiga tahapan penting yaitu tahapan perencanaan/pengganggaran,
tahapan pelaksanaan dan tahap penilaian (evaluasi). Ketiga tahapan tadi apabila
diterapkan dalam manajemen keuangan adalah menjadi tahap perencanaan keuangan
atau auditing.
2.
Organisasi Pendidikan sebagai Organisasi Sektor Publik
Organisasi
sektor publik merupakan sebuah entitas ekonomi yang memiliki keunikan
tersendiri dan memiliki sumber daya yang tidak kecil bahkan bisa dikatakan
besar. Organisasi tersebut melakukan transaksi keuangan tetapi bukan untuk
mencari laba seperti halnya entitas ekonomi yang lain (perusahaan) yang mencari
laba, melainkan memberikan layanan-layanan social, dimana keuntungan yang
diperoleh digunakan untuk meningkatkan kemampuan layanan dari organisasi yang
didistribusikan atas dasar kebutuhan bukan atas permintaan. Contoh dari
organisasi nirlaba ini antara lain lembaga pemerintah, lembaga pendidikan,
rumah sakit, lembaga kesehatan dan lain-lain.
Ciri-ciri
organisasi sektor publik antara lain:
1) Dijalankan tidak untuk mencari keuntungan financial
2) Dimiliki secara kolektif oleh publik
3) Kepemilikan atas dasar sumber daya tidak digambarkan
dalam bentuk saham yang dapat diperjualbelikan
4) Keputusan-keputusan yang terkait kebijakan maupun
operasional didasarkan pada konsensus
3.
Pengganggaran (Budgeting)
Pengganggaran
merupakan proses kegiatan atau proses penyusunan anggaran (budget), yang
dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai
pedoman dalam melaksanakan kegiatan lembaga alam kurun waktu tertentu (Nanang
Fattah, 2000). Berdasarkan pengertian tersebut mengungkapkan peran anggaran
dalam pengelolaan kekayaan sebuah organisasi publik. Organisasi publik tentu
berkeinginan memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat tetapi sering
terkendala oleh keterbatasan sumber daya yang dimiliki, sehingga anggaran
memang memiliki fungsi dan peran yang sangat penting.
Anggaran dapat dinyatakan juga
sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode
tertentu dalam ukuran finasial. Pengganggaran sektor publik berbeda dengan
perusahaan swasta, karena pengganggaran sektor publik lebih banyak muatan
politis sedangkan perusahaan swasta relatif lebih kecil muatan politisnya.
Selain itu bagi sektor publik anggaran tidak hanya sebagai sebuah rencana
tahunan tetapi juga merupakan bentuk akuntabilitas atas pengelolaan dana publik
yang dibebankan kepadanya.
a.
Karakteristik anggaran
Anggaran terdiri atas penerimaan dan
pengeluaran. Penerimaan menggambarkan perolehan atau besarnya dana yang diterima
lembaga dari setiap sumber dana, misalnya dari pemerintah, masyarakat, orang
tua peserta didik dan sumber-sumber lainnya. Sedangkan sisi pengeluaran
menggambarkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk tiap komponen
program. Istilah yang lazim digunakan antara lain dana rutin dan dana pembangun
(recurrent expediture dan capital expediture).
b.
Fungsi anggaran
Selain
sebagai alat perencanaan dan pengendalian manajemen, juga sebagai alat bantu
bagi manajemen dalam mengarahkan suatu organisasi dalam posisi yang kuat atau
lemah (Nanang Fattah, 2000:49). Berikut adalah beberapa fungsi anggara menurut
Dedy Nordiawan (2006:48-49):
1) Anggaran sebagai alat perencanaan, dimana organisasi
dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan kearah mana kebijakan dibuat.
2) Anggaran sebagai alat pengendalian, dimana organisasi
sektor publik dapat menghindari adanya pengeluaran yang terlalu besar (overspending) atau adanya penggunaan
dana yang tidak semestinya (misspending).
3) Anggaran sebagai alat kebijakan,
4) Anggaran sebagai alat politik, untuk mengetahui
komitmen pengelola dalam melaksanakan program-program yang telah dijalankan.
5) Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi, untuk
mengetahui apa yang harus dilakukan oleh masing-masing bagian atau unit kerja
lainnya dan menjadikan nilai-nilai nominal yang tercantum sebagai target
pencapaian.
6) Anggaran sebagai alat penilaian kinerja, merupakan
ukuran yang menjadi patokan apakah suatu bagian/unit kerja telah memenuhi
target baik berupa terlaksananya aktivitas maupun terpenuhinya efisiensi biaya.
7) Anggaran sebagai alat motivasi, dimana catatan
anggaran akan menjadi alat motivasi yang baik jika memenuhi sifat menantang
tetapi masih mungkin dicapai, yaitu tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu
rendah.
c.
Prinsip-Prinsip dan Prosedur Anggaran
Jika dikaitkan dengan alat
perencanaan, menurut Nanang Fattah (2000:49) prinsip-prinsip anggaran adalah
sebagai berikut:
1) Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang
jelas dalam sistem manajemen organisasi
2) Adanya sistem akuntansi yang memadai dalam
melaksanakan anggaran.
3) Adanya penelitian dan analisis untuk menilai kinerja
organisasi.
4) Adanya dukungan dari pelaksana dari tingkat atas
hingga bawah.
Sedangkan
jika prinsip-prinsip dekaitkan dengan peran dan fungsi anggaran sebagai pedoman
bagi organisasi publik dan pemerintah adalah seperti yang berikut ini:
1)
Otorisasi oleh
legislatif
2)
Komprehensif/menyeluruh
3)
Keutuhan, artinya
semua penerimaan dan pengeluaran tercakup dalam dana umum.
4)
Nondiscretionary
apropriasi, yaitu jumlah yang disetujui legislatif harus dimanfaatkan secara
ekonomis.
5)
Periodik
6)
Akurat
7)
Jelas
8)
Transparansi
Sedangkan prosedur
penyusunan anggaran adalah sebagai berikut:
1)
Mengidentifikasi
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode anggaran
2)
Mengidentifikasi
sumber-sumber yang akan dinyatakan dalam uang, jasa dan barang.
3)
Semua sumber
dinyatakan dalam bentuk uang sebab anggaran pada dasarnya merupakan pernyataan
finansial.
4)
Memformulasikan
anggaran dala bentuk format yang telah disetujui dan dipergunakan oleh instansi
tertentu.
5)
Menyusun usulah
anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak dari pihak yang berwenang.
6)
Melakukan revisi
usulan anggaran
7)
Persetujuan revisi
usulan anggaran
8)
Pengesahan anggaran
d.
Bentuk-bentuk anggaran
1) Anggaran Butir-Perbutir (line item budget)
Merupakan bentuk
anggaran yang konvensional, namun paling simpel dan banyak digunakan. Dalam
bentuk ini, setiap pengeluaran dikelompokkan berdasarkan kategori-kategori atau
jenis butir, misalnya gaji, upah, honor menjadi satu kategori atau satu
nomor/butir, sedangkan perlengkapan, sarana, dan material dalam butir
tersendiri.
Namun kelemahan dari bentuk anggaran ini antara lain:
a.
Tidak membantu dalam
pengambilan keputusan seperti mengevaluasi harga (unit cost) dalam hubungannya
dengan pencapaian suatu program
b.
Tidak akan dapat
menunjukkan hubungan antara masukan program dengan keluaran
c.
Tidak bisa
menganalisis untung rugi (cost benefit analisis)
d.
Lebih mengarahkan
pada pembukuan dan tidak terhadap tujuan suatu program
2) Anggaran Program (Program
Budget System)
Dirancang untuk
mengidentifikasi biaya setiap program. Anggaran program dihitung berdasarkan
jenis program. Jika dalam anggaran butir per butir disebut gaji guru, maka
dalam bentuk anggaran ini disebut gaji untuk perencanaan pegajaran.
Keuntungannya antara lain:
a.
Menggorganisasikan
sejumlah besar pengeluaran menjadi rencana yang logis dan konkrit.
b.
Merangsang
perencanaan tahunan dan reevaluasi periodik dari pelaksana rencana
c.
Menghindari
sentralisasi berlebihan, dimana keputusan menumpuk di tingkat atas.
3)
Anggaran Berdasarkan
Kinerja (Performance Based Budget)
Menekankan pada
kinerja (performance) dan bukan pada keterperincian dari suatu alokasi
anggaran, pekerjaan dalam suatu program dipecah dalam bentuk beban kerja dan
unit hasil yang dapat diukur. Hasil pengukurannya dipergunakan untuk menghitung
masukan dana dan tenaga yang apat dipergunakan untuk mencapai tujuan suatu
program.
Anggaran
berdasarkan hasil ini merupakan alat manajemen yang dapat mengidentifikasi
secara jelas satuan dari hasil suatu program dan sekaligus merinci butir
perbutir dari kegiatan yang harus dibiayai.
Bentuk ini
menuntut akuntansi yang teliti dan memproses data yang akurat. Hal ini
mengakibatkan sistem ini menjadi mahal terutama bagi lembaga kecil/belum
berkembang.
4) PPBS/SP4 (Planning
Programming Budgeting System/ Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan
Pengganggaran)
Bentuk ini
dipopulerkan oleh Rober McNamara tahun 1960 di AS. PPBS/SP4 merupakan kerangka
kerja dalam perencanaan dengan mengorganisasikan informasi dan menganalisanya
secara sistematis. Dalam PPBS tiap-tiap tujuan suatu program dinyatakan dengan
jelas, baik jangka pendek maupun jangka panjang
Dalam PPBS data
tentang biaya, keuntungan kelayakan suatu program disajikan secara lengkap
sehingga pengambil keputusan dapat menentukan keuntungan, kelayakan suatu
program yang disajikan secara lengkap sehingga pengambil keputusan dapat menentukan pilihan program yang
dianggap paling menguntungkan.
Ciri-ciri PPBS/SP4
a. Perencanaan menggunakan pendekatan sistem
b. Orientasi perencanaan pada pengeluaran
c.
Pengganggaran
didasarkan pada program yang telah ditetapkan
d. Keseimbangan antara otonomi dan pengarahan harus
diperhatikan berdasarkan pada prinsip perencanaan atas bawah (up-bottom) dan bawah atas (bottom-up)
e. Perencanaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan
dan bergulir (rolling plan)
Tiga unsur PPBS/SP4 yang saling
menunjang:
a. Siklus operasi yang mengatur seluruh urutan jadwal
kegiatan yang disesuaikan dengan diklus DUP dan DIP.
b. Struktur program yaitu gambaran hierarki program yang
disusun dengan bertitik tolak dari permasalahan pokok yang dihadapi pada tahun
mendatang.
c.
Sistem informasi yang
meliputi; dokumen pengarahan, perencanaan, memo program koordinatif, konsep
program operasional, usulan program, memo keuangan, Daftar Usulan Proyek (DUP),
dan Daftar Isian Proyek (DIP) serta petunjuk operasional.
Kelebihan
bentuk PPBS/SP4
a. Taksonomik, artinya penggolongan tujuan berdasarkan
tujuan
b. Analitik, ada perbandingan keuntungan dan kerugian
alternatif
c.
Proyektif, yaitu
memberi arahan jangka panjang
d. Konsentrik, yaitu memberi perhatian pada pencapaian
tujuan akhir dan
e. Evaluatif, yaitu memberi krmudahan menlai keberhasilan
program dan efektivitas penggunaan sumber-sumber.
Kelemahan
a. Kekeliruan mengakibatkan pembororsan sumber-sumber
b. Seringkali mengabaikan tujuan kualitatif yang sukar
diukur
c.
Kekurangan
data/informasi dapat mengakibatkan kesalahan penentuan prioritas, alokasi biaya
dan waktu penyelesaian suatu program
5) Anggaran Berbasis Nol (Zero based Budget/ZBB)
Bahwa setiap
aktivitas atau program yang diadakan di tahun-tahun sebelumnya tidak secara
otomatis dapat dilanjutkan. Setiap aktivitas harus dievaluasi setiap tahun
untuk menentukan apakah aktivitas itu akan diadakan tahun ini dengan melihat
kontribusi yang diberikannya kepada organisasi.
Prosesnya adalah
sebagai berikut:
a. Membagi semua operasi dari organisasi ke dala
unit-unit keputusan. Unit-unit keputusan ini adalah program,aktivitas, atau
unit organisasi di tingkat rendah.
b. Dasar untuk pembagian adalah aktivitas secara
spesifik, jasa spesifik yang diberikan, sub unit organisasi atau aktivitas
alternatif yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari program.
c. Memilih cara yang terbaik untuk menyediakan jasa
berdasarkan analisis biaya-manfaat atau analisis lain (pertimbangan politis).
d. Menentukan pilihan atas beberapa unit organisasi
sehingga didapat keputusan-keputusan tentang berapa banyak jasa yang akan
disediakan (sama dengan tahun lalu, ditambah atau dikurangi).
4. Akuntansi
Akuntasi merupakan proses
pencatatan, pengelompokkan dan pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi dalam
bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan menyajikan informasi keuangan yang
dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Fungsi akuntansi bagi badan usaha dan
masyarakat adalah menyajikan informasi kuantitatif tertentu yang dapat
digunakan oleh pimpinan entitas ekonomi maupun pihak lainnya untuk mengambil
keputusan.
Agar informasi penyajian tepat, maka
seorang akuntan harus memiliki pengetahuan baik mengenai prinsip-prinsip dan
aturan-aturan dalam penyusunan informasi akuntansi. Selain itu, juga harus
mengebangkan sistem yang dapat menjamin bahwa semua peristiwa ekonomi yan
terjadi dalam organisasi dapat tercatat dengan mencukupi pada saat yang tepat
dengan biaya yang pantas.
Berikut adalah
komponen-komponen sistem akuntansi:
a. Bagan Perkiraan/Akun
Adalah daftar masing-masing item dimana pencatatan
dibagi dalam lima kategori.
1)
Aktiva
2)
Utang
3)
Aktiva bersih
4)
Pendapatan
5)
Belanja
Masing-masing pencatatan ditentukan dengan
mengidentifikasi angka yang diinputkan ke sistem akuntansi.
b. Buku Besar
Buku besar mengklasifikasikan informai pencatatan,
dimana bagian perkiraan atau akun bertindak sebagai daftar isi buku besar.
Dalam sistem manual, ringkasan total dari seluruh jurnal dimasukkan ke dalam
buku besar setiap bulannya dimana hal ini dilakukan selama satu tahun dan
dilaporkan pada tanggal neraca. Dalam sistem terkomputerisasi, data secara
khusus dimasukkan ke sistem sekali saja. Saat entri data telah disetujui oleh
pemakai, perangkat lunak memasukan informasi itu ke seluruh laporan, dimana
angka yang dicatat akan muncul.
c. Jurnal
Digunakan untuk mencatat semua transaksi akuntansi,
sebelum diklasifikasikan ke buku besar. Jurnal mengatur informasi secara
kronologis dan sesuai dengan jenis transaksi. Contoh:
1) Jurnal untuk mencatat transaksi pengeluaran kas adalah
suatu pencatatan secara kronologis atas cek yang ditulis, yang dikategorikan
menurut bagan perkiraan/akun.
2) Jurnal untuk mencatat transaksi penerimaan kas adalah
pencatatan secara kronologis atas seluruh setoran yang dibuat, yang
dikategorikan menurut bagan perkiraan/akun.
3) Jurnal untuk mencatat transaksi gaji, yaitu jurnal
yang mencatat seluruh transaksi yang terkait dengan penggajian
4) Jurnal untuk mencatat transaksi pengeluaran kas dan
piutang merupakan bagian akun pertambahan biaya dan pendapatan. Jurnal ini
bermanfaat untuk mengelompokkan transaksi pertambahan biaya dan atau pendapatan
yang terlalu besar melalui jurnal.
d. Buku Cek
Menyajikan
kombinasi jurnal dan buku besar. Sebagian besar transaksi keuangan akan dicatat
melalui buku cek, dimana tansa penerimaan yang disetor ke dan dari saldo
pembayara akan dibuat.
Tabel
siklus akuntansi
Tahap pencatatan
|
·
Kegiatan
pengidentifikasian dan pengukuran dalam bentuk bukti transaksi dan bukti
pencatatan
·
Kegiatan
pencatatan bukti transaksi ke dalam buku harian atau jurnal
·
Memindahbukukan
(posting) dari jurnal berdasarkan kelompok atau jenisnya ke dalam akun buku
besar
|
Tahap pengikhtisaran
|
·
Penyusunan
neraca saldo (trial balance) berdasarkan akun akun buku besar
·
Pembuatan ayat
jurnal penyesuaian
·
Penyusunan
kertas kerja (work sheet)
·
Pembuatan ayat
jurnal penutup (closing entries)
·
Pembuatan
neraca saldo setelah penutupan
·
Pembuata ayat
jurnal pembalik
|
Tahap pelaporan
|
·
Neraca
·
Laporan
surplus defisit/laporan aktiva
·
Laporan arus
kas
·
Laporan
perubahan aktiva bersih
·
Catatan atas
laporan keuangan
|
5. Auditing
Auditing
adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang
dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang
kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian
informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
Untuk
melaksanakan audit, diperlukan informasi yang dapat diverifikasi dan sejumlah
standar (ktriteria) yang dapat digunakan sebagai pegangan pengevaluasian
informasi tersebut. Agar dapat diverifikasi, informasi harus dapat diukur.
a.
Jenis-jenis audit
1)
Audit Laporan
Keuangan
Bertujuan
menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan yang merupakan informasi
terukur yang akan diverifikasi, telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria
tertentu. Umumnya adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. Seringkali juga
dilakukan audit keuangan yang disusun berdasarkan pada basis kas akuntansi
lainnya yang sesuai dengan kebutuhan organisasi yang bersangkutan.
Asumsi dasar
dari suatu audit laporan keuangan adalah bahwa laporan tersebut akan lebih
efisien memperkerjakan satu auditor untuk melaksanakan audit dan membuat
kesimpulan yang dapat diandalkan oleh semua pihak daripada membiarkan
masing-masing pihak melakukan audit sendiri-sendiri.
2)
Audit Operasional
Merupakan
penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu
organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya. Umumnya, pada saat
selesainya audit operasional, auditor akan memberikan sejumlah saran kepada
manajemen untuk memperbaiki jalannya
operssi lembaga. Dalam audit operasional, tinjauan yang dilakukan tidak
terbatas pada masalah-masalah akuntansi, tetapi juga meliputi evaluasi terhadap
struktur organisasi, pemanfaatan komputer, metode produksi, pemasaran dan
bidang-bidang lain sesuai keahlian auditor.
Pelaksanaan
audit operasional dan hasil yang dilaporkan lebih sulit untuk didefinisikan
daripada jenis audit lainnya. Efisiensi dan efektifitas operasi suatu
organisasi jauh lebih sulit pengevaluasiannya secara objektif dibandingkan penerapan
dan penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Kriteria yang digunakan untuk evaluasi informasi terukur dalam audit
operasional cenderung subjektif. Pada praktiknya, auditor operasional cenderung
memberikan saran perbaikan prestasi kerja dibandingkan melaporkan keberhasilan
prestasi kerja yang sekarang. Dalam hal ini audit operasional lebih merupakan
konsultasi manajemen daripada audit.
3)
Audit Ketaatan
Bertujuan
mempertimbangkan apakah auditi (klien) telah mengikuti prosedur atau aturan
tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas yang lebih tinggi.
Suatu ausit ketaatan pada lembaga (perusahaan) swasta, dapat termasuk penentuan
apakah para pelaksana akuntansi telah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan
oleh lembaga. Contohnya peninjauan tingkat upah, pemeriksaan perjanjian dengan
pihak lain (bank/kreditor), dan memenuhi ketentuan yang berlaku..
Kegiatan lain
yang terkait dengan manajemen keuangan adalah memuat laporan pertanggung
jawaban keuangan kepada kalangan internal lembaga atau eksterbal yang menjadi
stakeholder lembaga pendidikan. Pelaporan dapat dilakukan secara periodik
seperti laporan tahunan dan laporan pada masa akhir jabatan pimpinan.
6.
Implementasi Manajemen keuangan di Sekolah
Setiap
sekolah seyogyanya memiliki rencana strategis untuk periode waktu tertentu yang
didalamnya mencakup visi, misi dan program, serta sasaran tahunan. Oleh karena
itu pembiayaan pendidikan yang terintegrasi dan komprehensif dengan rencana
strategi di sekolah dan diarahkan untuk ketercapaian tujuan lembaga sudah
didokumentasikan.
Pada
dasarnya sumber pembiayaan untuk sekolah mengenal dua macam pembiayaan, yaitu:
pembiayaan rutin dan pembiayaan pembangunan. Untuk memperoleh biaya rutin,
pimpinan sekolah harus dapat menyusun anggaran sekolah tiap tahunnya. Pimpinan
sekolah juga harus dapat memotivasi komite sekolah, sekolahnya dan masyarakat
setempat dalam rangka pengumpulan dana yang diperoleh harus dikelola secara
efektif untuk menjamin agar peserta didik memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya.
Tujuan
utama manajemen keuangan sekolah adalah:
1)
Menjamin agar dana
yang tersedia dipergunakan untuk kegiatan harian sekolah dan menggunakan
kelebihan dana untuk diinvestasikan kembali
2)
Memelihara
barang-barang (asset) sekolah, dan
3)
Menjaga agar
peraturan-peraturan serta praktik penerimaan, pencatatan dan pengeluaran uang
diketahui dan dilaksanakan
Kerangka
kerja manajemen keuangan di sekolah mencakup pengertian sebagai berikut:
1)
Pembukuan yang cermat
dan akurat
2)
Pertanggung jawaban
yang luwes
3)
Pertukaran
pengeluaran
4)
Kemudahan
membelanjakan uang bagi kepala sekolah, bila tidak akan menghambat kebebasan
sekolah dalam bertransaksi apa yang dibutuhkannya
5)
Kebijakan keuangan
dan
6)
Alokasi dana yang
tepat
Kebijakan
keuangan sekolah terkait dengan pegangan dan bantuan bagi para administrator
dan manajer dalam mengontrol dan mengatur:
1)
Penerimaan uang
2)
Pembukaan uang
3)
Pengambilan uang
4)
Pembelanjaan uang
Alokasi dana yang tepat; kepala sekolah hahrus
menguasai betul apa yang dimiliki dan dibutuhkan oleh tiap bagian. Agar dapat
mengalokasikan dana dengan tepat, perlu mengikutsertakan staf dan para pembantu
kepala sekolah dalam proses penentuan alokasi dana.
Selain enam pengertian tadi, penerimaan dana sekolah
perlu mendapat perhatian pimpinan sekolah. Hal ini berkaitan dengan buku
catatan penerimaan dana sekolah, kepala sekolah perlu memahami tentang:
1)
Tujuan diadakannya
Buku Catatan Penerimaan Dana Sekolah
2)
Informasi yang harus
tercantum dalam setiap penerimaan
3)
Memberdayakan uang
tunai
Selain
itu kepala sekolah perlu memahami praktik-praktik pemanfaatan jasa perbankan
dan jenis-jenis rekeningnya. Dia juga perlu memahami cara untuk pengamanan dana
selama bertransaksi dengan baik, penarikan dana dan cara mencegah pemalsuan.
a.
Akuntansi (pembukuan)
Kepala sekolah hendaknya benar benar memahami dan
dapat menjelaskan fungsi tujuan manfaat pembukuan kepada staf keuangan. Hal-hal
yang berkaitan dengan ini antara lain:
1) Buku pos (vate book)
Buku pos pada hakekatnya memuat
informasi beberapa dana yang masih tersisa untuk tiap pos anggaran. Buku pos
mencatat peristiwa-peristiwa pembelanjaan uang harian. Dari buku pos kepala
sekolah dengan mudah dapa melihat apakah sekolah telah berlebih membelanjakan
uang. Karena itu, dianjurkan agar kepala sekolah menyelenggarakan buku
tersebut.
2) Faktur
Faktur dapat
berupa buku atau lembaran lepas yang dapat diarsipkan. Faktur berisi rincian
tentang: (a) maksud pembelian; (b) tanggal pembelian; (c) jenis pembelian; (d)
rincian barang yang dibeli, (e) jumlah pembayaran, dan (f) tanda tangan pemberi
kuasa (kepala sekolah).
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan antara lain:
a) Harus ada nomor untuk diagendakan
b) Kuitansi pembelian harus dilampirkan
c) Faktur untuk mempertanggungjawabkan penggunaan uang
umum.
3) Buku kas
Mencatat rincian
tentang penerimaan dan pengeluaran uang serta sisa saldo secara harian dan pada
hari yang sama, misalnya pembelian kapur tulis. Dengan demikian kepala sekolah
akan segera tahu tentang keluar masuknya uang pada hari yang sama. Termasuk
yang arus dicatat pada buku kas adalah Cheque yang diterima dan dikeluarkan
pada hari itu.
4) Lembar cek
Merupakan alat
bukti bahwa pembayaran yang dikeluarkan adalah sah. Lemar cek dikeluarkan bila
menyangkut tagihan atas pelaksanaan suautu transaksi, misalnya barang yang
dipesan sudah dikirimkan dan catatan transaksinya benar. Orang berhak
menandatangani lembar cek adalah kepala sekolah atau petugas keuangan.
5) Jurnal
Sebagai pengawas
keuangan kepala sekolah harus membuka buku jurnal dimana seluruh transaksi
keuangan semuanya dicatat.
6) Buku besar
Ada data
keuangan berarti informasi dan jurnal hendaknya dipindahkan ke buku besar atau buku kas induk pada setiap
akhir bulan. Buku besar mencatat kapan terjadinya transaksi keuangan, keluar
masuknya uang pada saat itu dab neraca saldonya.
7) Buku kas pembayaran uang sekolah
Berisi catatan
tentang pembayaran uang sekolah siswa menurut tanggal pembayaran, jumlah dan
sisa tunggakan atau kelebihan pembayaran sebelumnya. Pencatatan untuk tiap
pembayaran harus segera dilakukan untuk menghindari timbulnya masalah karena
kuitansi hilang, lupa menyimpan atau karena pekerjaan yang menjadi bertumpuk.
8) Buku kas piutang
Berisi
daftar/catatan orang yang berutang kepada sekolah menurut jumlah uang yang
berutang, tanggal pelunasan, dan sisa utang yang belum dilunasi. Informasi daam
buku ini harus selalu dalam keadaan mutakhir untuk melihat jumlah uang milik
sekolah yang belum kembali.
9) Neraca
percobaan
Tujuannya adalah
untuk mengetahui secata tepat keadaan neraca pertanggung jawaban keuangan
secara cepat, misalnya mingguan atau dua mingguan. Hal ini memungkinkan kepala
sekolah sewaktu-waktu (selama tahun anggaran) menentukan hal yang harus
didahulukan dan menangguhkan pengeluaran yang terlalu cepat dari pos tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar